Teks Khutbah Jum’at “Urgensi Meraih Sakinah dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an”
Teks Khutbah Jum’at
“Urgensi Meraih Sakinah dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an”
Oleh Dr. Derysmono B.Sh, S.Pd.I., M.A.
(Wakil Ketua 1 STAI Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta, CEO adaustadzh.com, Direktur kurat kabar lintasiman.com Ketua Harian PP HDMI, Direktur Ma’had Aly Raudhotul Qur’an Azzam Sako Banyuasin)
Khutbah Ke-I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
Alhamdulillah, kita patut bersyukur kepada Allah swt, dapat di pertemukan di tempat yang baik (masjid), di waktu yang baik (hari Jum’at), berkumpul dan bertemu dalam hal baik (dalam rangka shalat Jum’at), maka sesungguhnya tiada nikmat yang lebih indah, kecuali kita diberikan nikmat ibadah kepada Allah. Meskipun kita tahu bahwa tidak semua orang dapat merasakan apa yang disebut dengan hidayah, petunjuk dari Allah swt. Semoga senantiasa kita dapat meraih derajat taqwa, yaitu dengan memaksimalkan nikmat dalam ibadat dan taat, meninggalkan semua dosa dan maksiat, demi meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang hari-harinya diisi oleh ketauladanan buat umatnya, sehingga kita tidak kehabisan cara dan contoh dari kehidupan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, terutama kita dalam berakhlak mulia, bertutur sapa, sayang dan kasih sepanjang masa karena Allah swt.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
Khatib berwasiat kepada diri dan hadirin agar tetap berusaha untuk terus menjaga konsistensi ketaqwaan, kesabaran dan totalitas dalam meraih ridho Allah SWT. Semoga memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita agar kita dimudahkan dalam menjalankan ibadah dan syariat-Nya.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
Izinkan khatib pada kesempatan kali ini menyampaikan khutbah dengan tema : “Urgensi Meraih Sakinah dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
Allah menjadikan rumah tangga sebagai salah satu tanda kebesaran-Nya. Firman Allah ﷻ:
﴿وَمِنۡ ءَايَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٟجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٟلِكَ لَـَٔايَـٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ﴾
(الروم: ٢١)
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.”
Dalam ayat ini sebutkankan kata Sakinah yang dimaknai sebagai rasa tentram, secara Bahasa sakinah berarti ketenangan, ketenteraman, keteguhan, dan kewibawaan.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
قال ابنُ القَيِّمِ: (هي الطُّمَأنينةُ والوَقارُ والسُّكونُ، الذي يُنزِلُه اللهُ في قلبِ عبدِه عندَ اضطرابِه من شِدَّةِ المخاوفِ، فلا ينزَعِجُ بعد ذلك لِما يَرِدُ عليه، ويوجِبُ له زيادةَ الإيمانِ، وقوَّةَ اليقينِ، والثَّباتَ)
“Sakinah adalah ketenangan, kewibawaan, dan kediaman hati yang Allah turunkan kepada hamba-Nya ketika hatinya diliputi ketakutan besar. Setelah itu, hatinya tidak lagi terguncang oleh berbagai keadaan. Dengan sakinah, imannya bertambah, keyakinannya semakin kuat, dan hatinya teguh.”
Dalam tafsirnya Syaikh Wahbah Zuhaili saat menjelaskan mana Sakinah beliau mengatakan[1] litaskunu ilaiha “Agar kamu merasa tenteram kepadanya” maksudnya
لتميلوا إليها وتألفوها
agar kamu cenderung kepadanya dan merasa akrab dengannya. Sesungguhnya kesatuan jenis merupakan sebab munculnya kelekatan dan persatuan, sedangkan perbedaan jenis merupakan sebab lahirnya perpecahan.
“Dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang” yakni Allah menjadikan antara laki-laki dan perempuan, atau antara individu dari jenis yang sama, perasaan kasih dan sayang melalui pernikahan, berbeda dengan makhluk hewan lain, sebagai bentuk pengaturan urusan kehidupan.
As-Suddī berkata: “Al-Mawaddah adalah cinta, sedangkan ar-Rahmah adalah kasih sayang.”
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” artinya: sesungguhnya pada hal-hal yang disebutkan itu terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang mau berpikir tentang ciptaan Allah Ta‘ala, sehingga mereka mengetahui hikmah yang terkandung di dalamnya.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
- Menjaga Iman dan Taqwa
Fondasi sakinah adalah iman dan taqwa kepada Allah. Allah berjanji bagi orang yang bertakwa jalan keluar dari segala masalah dan rezeki yang berkah. Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ
(QS. At-Thalāq: 2-3)
Artinya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.”
Suami-istri yang sama-sama menjaga iman dan taqwa akan lebih mudah menyelesaikan persoalan rumah tangga, karena setiap keputusan selalu dilandasi rasa takut kepada Allah. Taqwa menghadirkan keberkahan, menenangkan hati, dan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
- Menghidupkan Dzikir dan Doa dalam Keluarga
Hati manusia hanya bisa tenang dengan mengingat Allah. Sebagaimana firman-Nya:
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
(QS. Ar-Ra‘d: 28)
Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Rumah tangga yang dipenuhi dzikir akan jauh dari kegelisahan. Praktiknya bisa berupa membaca doa bersama sebelum tidur atau bepergian, membiasakan tilawah Al-Qur’an bersama keluarga, melaksanakan shalat berjamaah di rumah ketika tidak ke masjid, serta menghidupkan doa Nabi dalam mendidik anak. Seperti doa Nabi Ibrahim:
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
(QS. Ibrahim: 40)
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
Kenapa rumah tangga butuh alquran dan memperbanyak doa dan dzikir kepada Allah? Karena Sakinah berasal dari Allah, maka tidak ad acara lain mendapatkannya kecuali taat kepada-Nya, dalam QS. Al-Fath [48]: 4 Allah berfirman,
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada. Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
- Mendidik Keluarga dengan Pendidikan Islam
Rumah tangga sakinah tidak cukup hanya dengan nafkah materi, tetapi harus dibangun dengan nafkah ilmu dan akhlak. Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
(QS. At-Tahrīm: 6)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.”
Pendidikan Islam yang wajib ditanamkan dalam rumah tangga antara lain shalat sejak kecil, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
«مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ» (رواه أبو داود)
“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat ketika berumur tujuh tahun.”
Selain itu, membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari dan menanamkan akhlak mulia seperti jujur, amanah, dan hormat kepada orang tua. Dengan pendidikan Islam sejak dini, anak tumbuh menjadi penyejuk mata orang tua (qurrata a‘yun).
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’ah yang berbahagia
- Menunaikan Hak dan Kewajiban Suami-Istri dengan Kasih Sayang
Sakinah juga tidak mungkin hadir jika salah satu pihak mengabaikan hak dan kewajibannya. Suami memiliki kewajiban menafkahi, melindungi, dan membimbing dengan ilmu. Sementara istri berkewajiban taat dalam kebaikan, menjaga kehormatan diri, dan memelihara rumah tangga. Rasulullah ﷺ bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي» (رواه الترمذي)
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.”
Kasih sayang adalah ruh rumah tangga. Suami-istri harus saling menghargai, memaafkan kesalahan, dan saling mendoakan agar keluarga benar-benar menjadi sakinah, mawaddah, wa rahmah.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
[1] Wahbah bin Mustafa az-Zuhaili, at-Tafsīr al-Munīr fī al-‘Aqīdah wa al-Syarī‘ah wa al-Manhaj, Jilid 21 (Damaskus: Dār al-Fikr al-Mu‘āṣir, Cet. II, 1418 H), h. 67.
