Adab Meminta Izin dan Berkunjung dalam Al-Quran
5 mins read

Adab Meminta Izin dan Berkunjung dalam Al-Quran

 Allah berfirman dalam al-Quran

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَهْلِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٢٧

Hai orang-orang yang beriman, jaganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penguninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat.

فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فِيْهَآ اَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوْهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ لَكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا هُوَ اَزْكٰى لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ )٢٨ (

Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: ”kembali (saja) lah, ” maka hendaklah kamu kembali . itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ مَسْكُوْنَةٍ فِيْهَا مَتَاعٌ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا تَكْتُمُوْنَ )٢٩(

Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak tidak dihuni (sebagai tempat umum) yang di dalamnya ada kepentingan kamu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.

 

TAFSIR AYAT

Firman Allah “اٰمَنُوْا” (hai orang-orang yang beriman), suatu isyarat bagaimana kedudukan orang mukmin di hadapan Allah. Maknanya orang mukmin adalah insan yang layak dibebani (kewajiban) dan disapa oleh Allah. Sementara orang kafir seperti hewan yang tidak berhak dimuliakan atau disapa.

Firman Allah “ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا” sehingga kamu meminta izin memiliki makna yang lembut. Karena bukan hanya sekedar meminta izin tetapi juga mengetahui kerelaan tuan rumah. mengetahui apakah tuan rumah dengan senang hati memberikan izin untuk masuk atau tidak.[1]

Firman Allah “فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فِيهَآ أَحَدًا”juga merupakan ungkapan yang lembut ayat ini melarang untuk memasuki rumah yang dalam keadaan situasi tertentu. Karena kadang rumah dituju antara tidak ada orang atau pemiliknya menolak, tidak diizinkan masuk.

Firman Allah “ فَارْجِعُوْا “ maka kembalilah. Ibnu katsir dalam karangannya Al-Allamah, dikatakan seoarang muhajirin mencari makna ayat ini saat ia meminta izin kepada teman nya untuk berkunjung dan dikatakan kembalilah maka ia kembali karena Allah mengatakan ‘dan jika dikatakan kembalilah! Maka kembalilah, karena itulah yang suci bagimu.[2]

Firman Allah “بُيُوْتًا” dalam ayat dibatasi dengan “yang bukan rumahmu sendiri”, “buyutan” dalam bentuk nakirah berarti umum dan menyeluruh.

Firman Allah “ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا تَكْتُمُوْنَ “  Allah mengetahui apa yang kamu tampakan dan apa yang kamu senbunyikan. Ini merupakan ancaman keras yang memiliki maksud buruk. Mereka mereka yang memiliki tujuan buruk hanya untuk melihat aurat orang lain dan tujuan buruk lainnya.[3]

Allah mengajarkan kepada para hambanya untuk selalu meminta izin saat memasuki rumah, suatu ruangan yang bukan milik pribadinya. Meminta izin dimulai dengan salam dan meminta dengan cara yang baik, lemah lembut dan sopan. Jika pemilkik atau tuan rumah tidak menginzinkan untuk ditamui atau menerima kedatangan tamu maka lebih baik bagi kita untuk kembali, mengurungkan niat untuk bertamu karena hal itu lebih baik bagi kita

Dikatakan, dalam kitab ash-shohih bahwa ketika Abu Musa meminta izin sebanyak tiga kali kepada Umar untuk meminta masuk namun tidak ada jawaban, maka ia pun kembali. Kemudian umar berkata: ”bukan kah itu tadi suara Abdullah bin Qais meminta izin? Berilah ia izin!” mereka pun mencarinya, lalu mendapatinya telah pergi. Kemudian ketika ia datang, setelah itu umar bertanya: ”apa yang menyebabkan kamu kembali?” abu musa menjawab: ”aku meminta izin sebanyak tiga kali, namun tidak diberi izin, sedang aku mendengar Rasulullah ﷺ

أذا استأذن أحدكم ثلاثا فلم يؤذن له فليرجع

“Jika salah seorang dari kamu sudah meminta izin sebanyak tiga kali, namun tidak diberi izin, maka kembalilah.”[4]

 

SEBAB TURUNNYA AYAT

  1. dalam suatu kisah turunnya surat An-nur ayat 27 disebabkan seorang perempuan datang dan berkunjung kerumah Nabi Saw. “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku biasa dirumahku dalam keadaan yang aku tidak suka dilihat oleh siapa pun. Baik oleh orang tua sendiri maupun anak-anak, kemudian tiba-tiba ada seseorang yang datang lalu ia begitu saja masuk ke rumah ku apa yang harus kuperbuat?

 

  1. Menurut imam al qurthuby Sebab turun ayat 28 pertanyaan abu bakar kepada Rasulullah ﷺ tentang rumah yang tak berpenghuni yang ada di pinggir jalan-jalan wilayah syam. Abu bakar bertanya, ya Rasulullah, apa pendapat Anda tentang kedai-kedai dan rumah-rumah tak berpenghuni di jalan-jalan Syam. Lalu turunlah ayat 28.[5]

 

  1. ibnu abu hatim meriwayatkan dari muqatil saat turun ayat, Abu Bakat bertanya “Ya Rasulullah, bagaimana halnya dengan pedagang-pedagang Quraisy yang mondar mandir antara Mekah,Madinah,Syam dan Baitul Maqdis, yang mereka memilki rumah-rumah di sepanjang jalan, lalu bagaimana cara mereka meminta izin dan bersalam sedang rumah-rumah tersebut tidak berpenghuni?

Etika atau adab meminta izin merupakan salah satu cara untuk menghindari melihat hal-hal yang diharamkan, menunjukkan rasa hormat terhadap privasi dan ruang pribadi individu atau kelompok, menjaga silahturahmi kepada sesama, menebarkan sifat kasih sayang, sikap saling percaya dan masih banyak lagi manfaat yang akan didapat jika etika ini diindahkan. etika memita izin dan berkunjung dapat di lihat dalam QS. An Nur: 27-29. Bahkan tidak hanya dalam agama, dalam hukum undang-undang orang yang masuk rumah orang lain tanpa izin diancam pidana penjara dan denda.

Adapun etika atau adab-adab meminta izin dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Mengucapkan salam.
  2. Meminta izin (mengetuk atau membunyikan bel) maksimal 3 kali. Dijelaskan bahwa boleh meminta izin dahulu baru mengucapkan salam {opsional}.
  3. Mengetuk pintu dengan lembut.
  4. Tidak berdiri di depan pintu dan mengintip.
  5. Orang yang meminta izin harus mengungkapkan nama atau nama panggilan yang dikenalnya dan tidak mengatakan: “Saya.”
  6. Jika tidak diizinkan masuk segera pergi tanpa marah dan kesal.
  7. perhatikan waktu-waktu bertamu.

Referensi :

[1] Muhammad Ali Ash-Shabuni, tafsir ayat ayat ahkam (depok, keira publishing: 2016) hal 141.

[2] Muhammad Ali Ash-Shabuni, kitab rawa’iul bayan fi tafsir Ayatil Quran jilid 2, hal 142.

[3] Ibid, hal 142.

[4] M. Abdul Ghoffar E.M., Abdurrahim Mu’thi, Abu Ihsan Al-Atsari Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, Pustaka Imam Syafi’i Bogor 2004 Halaman 34.

[5] Fathiy Syamsuddin Ramaglan An Nawiy, Fiqh Bertetangga, Al Azhar Fresh Zone Publishing Halaman 65 2021.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *