Ramadan dan Kesadaran
Ramadan dan Kesadaran
Oleh Ustadz Dr. Fahmi Islam, M.A.
Hanya tinggal satu atau dua hari lagi dari bulan Ramadan… dan sudah sepatutnya kita mengevaluasi diri sendiri untuk melihat apa yang telah kita capai dan lakukan selama bulan ini?
Mari kita kembali kepada ayat yang kita ulang pada awal bulan ini:
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183) Apa yang telah kita capai dalam meningkatkan ketakwaan selama bulan ini?
Pada tingkat individu, adalah hal yang alami bagi manusia untuk meninjau amal perbuatan, ibadah, dan keadaannya selama bulan ini untuk melihat apakah dia telah meningkatkan dirinya menjadi orang yang bertakwa? Dan lebih dalam dari itu, apakah pemahaman seseorang terhadap makna takwa telah meningkat? Karena takwa memiliki tingkatan: ada takwa yang terlihat, yang berfokus pada ibadah luar seperti shalat, puasa, dzikir, dan sedekah, yang tentunya sangat penting. Namun ada juga takwa yang lebih dalam, yaitu pada tingkat perilaku, akhlak, dan hubungan sosial, kemudian ada tingkatan yang lebih dalam lagi yaitu membersihkan jiwa dari kotoran dan penyakit-penyakit hati seperti riya’, syirik, iri hati, kesombongan, kedengkian, dan sebagainya.
Namun umat membutuhkan tingkatan takwa yang lebih tinggi, yaitu takwa pada tingkat kesadaran. Agar manusia menyadari tantangan-tantangan dunia, memahami bahaya, godaan, dan tipu daya yang mengelilingi mereka?
Takwa adalah kesadaran, Ibn Kathir mengatakan: “Asal dari takwa adalah pencegahan dari hal-hal yang dibenci.” Kemudian dia mengutip bahwa Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka’b tentang takwa, dan dia berkata kepadanya: “Apakah kamu pernah melalui jalan yang penuh dengan duri?” Dia menjawab: “Ya.” Umar bertanya lagi: “Apa yang kamu lakukan?” Dia menjawab: “Aku memperketat pakaianku dan berusaha.”
Takwa bukanlah hanya puasa dan beribadah tanpa peduli dengan penderitaan saudara-saudara kita akibat bencana dan musibah, dan takwa bukan pula mengadakan perang kata-kata di masalah-masalah kecil sementara umat menghadapi tantangan besar yang mengancam identitas dan nilai-nilai suci mereka. Dan takwa bukanlah berdamai dengan kaum kafir yang menganiaya dan menindas, sementara bertengkar dengan saudara-saudara Muslim kita.
Bulan ini dimulai dengan perselisihan di antara umat Islam dalam menetapkan awal bulan, seperti biasa setiap tahun, kemudian perselisihan tentang jumlah raka’at tarawih, kemudian datang perselisihan lain tentang kebolehan zakat dengan nilai uang, dan kami berharap tidak berakhir dengan perselisihan lain tentang menetapkan awal hari raya. Kesadaran bukanlah membiarkan umat kita terperangkap dalam lingkaran sempit itu, kita adalah umat yang dikeluarkan untuk manusia dengan tujuan memimpin mereka, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
Maka tugas para penyeru dan ulama adalah meningkatkan kesadaran umat terhadap tuntutan agama ini, tidak absen dari tantangan-tantangan dunia, mencapai kesadaran seperti sahabat yang merangkum Islam dalam kata-kata yang dalam:
“لقد ابتعثنا اللهُ لنخرج العباد من عبادة العباد إلى عبادة رب العباد، ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام، ومن ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا والآخرة.” [تاريخ الطبري: 3/520، البداية والنهاية: 9/622]
“Sesungguhnya Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari ibadah manusia kepada ibadah Tuhan manusia, dari ketidakadilan agama-agama kepada keadilan Islam, dari kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat.” (Tarikh al-Tabari: 3/520, al-Bidayah wa al-Nihayah: 9/622)
Para sahabat tidak keluar ke dunia dengan pemikiran yang sempit atau proyek yang kecil, tetapi mereka mengajak manusia kepada agama yang besar yang membuka wawasan, memperbaiki keadaan, dan membangun masa depan.
Takwa bukanlah bertambahnya jumlah kita tanpa meningkatnya pengaruh kita, takwa bukanlah manusia yang hadir dalam mengambil tetapi absen dalam memberi, takwa bukanlah meningkatnya yang meminta dan berkurangnya yang memberi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meningkatkan pemberian beliau di bulan Ramadan,
“كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ.” [رواه البخاري]
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling dermawan di antara semua orang, dan dia adalah yang paling dermawan di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Dan takwa bukanlah mengadakan keributan dalam perselisihan yang sudah jelas yang telah dibahas dan ditentukan, sementara kita diam terhadap isu-isu nyata seperti melawan korupsi, memerangi kezaliman, menghadapi kekafiran, dan memerangi kemiskinan.
Dan takwa bukanlah gagal untuk membebaskan tanah air kita dan melindungi nilai-nilai suci kita serta membela saudara-saudara kita.
Dan takwa bukanlah membuat umat tetap terpecah belah, terpecah oleh politik dan kepentingan, tidak disatukan oleh agama, keyakinan, dan persaudaraan. Kitab-Nya berkata:
﴿إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ﴾ [الأنبياء: 92]
“Sesungguhnya umatmu ini adalah satu umat, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Anbiya: 92) Dan Dia berfirman:
﴿وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ﴾ [المؤمنون: 52]
“Sesungguhnya umatmu ini adalah satu umat, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu’minun: 52)
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, petunjukilah hati kami, satukan barisan kami, dan gabungkanlah kata-kata kami dengan kebenaran. Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga kehidupan kami, perbaikilah dunia kami