Mewujudkan Ketahanan Keluarga dengan Ketaatan dan Kesabaran
4 mins read

Mewujudkan Ketahanan Keluarga dengan Ketaatan dan Kesabaran

Oleh Dr. Derysmono, Lc., S.Pd.I., M.A.

Jika ketahanan keluarga adalah bangunan, maka harus ditopang oleh pilar-pilar yang kuat. Pilar itu adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah swt. Misalnya saja jika kita melihat kisah-kisah keluarga para orang sholih, nabi dan rasul, kita dapatkan para keluarga tersebut kuat dalam menghadapi permasalahan, cobaan, ujian kehidupan yaitu dengan ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman : “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya“. QS. Al-Baqarah : 133.

Dalam ayat ini kita dapat pahami bahwa begitu pentingnya ketaatan kepada Allah dalam keluarga, sehingga Nabi Ya’qub menasehati anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah, taat kepada-Nya. Hal ini juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya,

Sesungguhnya orang-orang terdahulu dari kalangan kakek moyang kalian yang menjadi nabi-nabi dan orang-orang saleh, tiada manfaatnya bagi kalian ikatan kalian dengan mereka jika kalian sendiri tidak mengerjakan kebaikan yang manfaatnya justru kembali kepada kalian. Karena sesungguhnya bagi mereka amalan mereka, dan bagi kalian amalan kalian sendiri” (tafsir Ibnu Katsir)

Bahkan seorang luqman al-hakim Ketika menasihati anaknya yang dicantumkan dalam alquran,

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ  ١٣

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. QS. Luqman : 13.

PENDIDIKAN NILAI KETAATAN DALAM KELUARGA

Allah swt berfriman,

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَلَا تُبۡطِلُوٓاْ أَعۡمَٰلَكُمۡ  ٣٣

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” QS. Muhammad: 33.

Menanamkan nilai ketaatan kepada Allah kepada istri, anak dan keluarga adalah keniscayaan, jika keluarga ingin bertahan di saat banyaknya masalah menghadapi keluarga,  melalui Pendidikan, Dakwah dan Keteladanan. Terutama Pendidikan keimanan dan ketaatan kepada anak, sebab anak itu tergantung Pendidikan yang diajarkan oleh orangtua.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tiada seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhari)

DAKWAH KETAHANAN KELUARGA : AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR

Dalam praktiknya ketaatan kepada Allah itu kadang bertambah kadang berkurang, kadang ketaatan itu naik, terkadang turun. Maka Ketika ketaqwaan, ketaatan dan keimanan kepada Allah naik, maka kesempatan untuk melakukan amar ma’ruf adalah memerintahkan kebaikan.

Ketika kondisinya keimanan sedang turun maka hendaknya  saling mengingatkan, seorang ayah mengingatkan anaknya, istri mengingatkn suaminya, anak mengingatkan orangtuanya. Ketika itu terjadi maka Keluarga dengan predikat “khoiro ummah” dapat terwujud.

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ  ١١٠

  1. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. QS. Ali Imran : 110.

KESABARAN DAN KONSISTEM ATAS KETAATAN KEPADA ALLAH

Sabar dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah swt adalah “nyawa” dalam semua eksistensi semua ketaatan dalam keluarga. Kalau tidak sabar, sangat sulit untuk mewujudkan ketahanan keluarga dalam perspektif alquran.

Kesabaran dalam keluarga tidaklah mudah, apalagi jika keluarga yang masih muda, atau keluarga dalam kondisi ekonomi yang rendah, maupun keluarga yang lemah dalam agamanya.

فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِل لَّهُمۡۚ كَأَنَّهُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَ مَا يُوعَدُونَ لَمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةٗ مِّن نَّهَارِۢۚ بَلَٰغٞۚ فَهَلۡ يُهۡلَكُ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ  ٣٥

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”  QS. Al-Ahqaf : 35.

Dalam ayat ini kita diperintahkan untuk bersabar sebagaimana para ulum azmi dari para nabi dahulu, bagaimana mereka bersabar dalam mendidik keluarga mereka, mereka bersabar dalam dakwah, bersabar dalam amar ma’ruf dan nahi munkar.

Semoga kita semua dapat menerapkan ketiga poin di atas, Pendidikan nilai ketaatan dan keimanan, dakwah : amar ma’ruf dan nahi munkar, kesabaran dan konsisten dalam ketaatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *