Teks Khutbah Jum’at “Kecerdasan Buatan, Tantangan Dan Peluangnya Dalam Perspektif Al-Qur’an”
Teks Khutbah Jum’at
“Kecerdasan Buatan, Tantangan Dan Peluangnya Dalam Perspektif Al-Qur’an”
Oleh Dr. Derysmono, Lc., S.Pd.I., M.A.
(CEO adaustadzh.com, Sekum PP HDMI, Direktur Ma’had Aly Raudhotul Qur’an Azzam Sako)
Khutbah ke-1
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah kepada kita semua. Kita bersyukur kepada-Nya karena tanpa Allah kita tidak ada apa-apa. Allahlah yang telah menyediakan segala hal untuk kita semua agar dapat melanjutkan keberlangsungan hidup.
Sholawat dan salam senantiasa kita bacakan untuk kepada Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, begitu pula bagi keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir kiamat kelak.
Hadirin yang dirahmati Allah
Pada kesempatan kali ini izinkan juga Khatib menyampaikan nasehat dan wasiat bagi diri khotib dan kepada hadirin yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah rasa sayang kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala takut kepada azabnya Allah dan senantiasa mengikuti dan melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-larangannya.
Hadirin yang dirahmati Allah
Izinkan khotib Pada kesempatan kali ini menyampaikan suatu tema yaitu Kecerdasan buatan, tantangan dan peluangnya dalam perspektif Al-Qur’an.
Hadirin yang dirahmati Allah
Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas tentang fenomena yang semakin mendominasi kehidupan kita saat ini, yaitu kecerdasan buatan (artificial intelligence). Kecerdasan buatan atau AI telah menjadi topik yang hangat di berbagai bidang, dari teknologi hingga etika. Dalam perspektif Islam, kecerdasan buatan menghadirkan tantangan dan peluang yang harus kita sikapi dengan bijaksana, berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadis.
Dalam sejarahnya, Istilah “AI” atau “kecerdasan buatan” telah muncul sejak tahun 1956 lampau, dalam sebuah konferensi bernama Darmouth. Namun jauh sebelum itu, para filsuf juga sebetulnya telah mengeluarkan teori yang melandasi lahir dan tumbuh kembang AI.
Di tahun 1900, para filsuf seperti George Boole, Alfred North Whitehead, dan Betrand A. W. Russel, telah mengeluarkan teori matematika yang kemudian menjadi landasan dalam mesin komputer atau kecerdasan buatan. Pada era 1930-an, muncul Alan Turing, yang kemudian menemukan Turing Machine dan teori Tes Turing sebagai penguji tingkat kecerdasan mesin komputer; Claude Shannon, dengan teori informansinya; dan John Von Neumann yang memisahkan komputer menjadi 2 bagian, yakni software dan hardware.
Sedangkan di tahun 1946, pasca Perang Dunia II, komputer digital pertama di dunia telah muncul. Empat tahun kemudian, tepatnya era 1950-an, muncul John McCarthy, Marvin Lee Minsky, Herbert Alexander Simon, Allen Newell, dan Edward Albert Feigenbaum yang mulai merumuskan istilah AI. AI muncul pertama kali pada 1956 dalam konferensi Darmouth. Di era 1980-an, merupakan era yang dikenal sebagai second wave of AI.[1]
Kecerdasan Buatan: Definisi dan Perkembangannya
Kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan menciptakan sistem yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Hal ini mencakup kemampuan belajar, berpikir, dan membuat keputusan. AI telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, memberikan kontribusi besar dalam berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, industri, dan lain sebagainya.
Namun, di balik kemajuan ini, ada sejumlah tantangan dan risiko yang perlu kita pertimbangkan. Sebagai umat Islam, kita perlu memahami bagaimana Islam memandang perkembangan ini, serta bagaimana kita bisa mengambil manfaat dari kecerdasan buatan tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah.
Hadirin yang dirahmati Allah
Pertama : Peluang Kecerdasan Buatan dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an mendorong umat manusia untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Mujadila ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”[2]
As-Sa’di menafsirkan ayat ini bahwa “Dan Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman sesuai dengan apa yang Allah karuniakan kepada mereka, yaitu ilmu dan iman.”[3]
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu yang berkaitan dengan teknologi seperti kecerdasan buatan. Dengan AI, kita dapat mengembangkan berbagai aplikasi yang bermanfaat, seperti dalam bidang kesehatan untuk diagnosis penyakit, atau dalam pendidikan untuk memperluas akses pembelajaran.
Hadirin yang dirahmati Allah
Selain itu, Al-Qur’an juga mengajarkan umat Islam untuk memanfaatkan apa yang ada di bumi untuk kebaikan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 29 disebutkan:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dialah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua…”[4]
AI bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pemanfaatan dari apa yang ada di bumi, selama digunakan untuk tujuan yang baik dan tidak melanggar syariat.
Kedua : Tantangan Kecerdasan Buatan dalam Perspektif Al-Qur’an
Namun, di samping peluang yang ditawarkan, kecerdasan buatan juga menghadirkan tantangan yang signifikan, baik dari segi etika maupun spiritual. Salah satu tantangan utama adalah potensi hilangnya pekerjaan manusia akibat otomatisasi yang didorong oleh AI. Hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan sosial, yang jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam.
Dalam Surah An-Nisa ayat 58, Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)
Menurut Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, bahwa ayat memerintahkan menunaikan amanah, ditekankannya bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada ahlinya yakni pemiliknya, dan ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya: apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia. Ini berarti bahwa perintah berlaku adil itu ditujukan terhadap manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan atau ras.[5] Ayat ini menjelaskan kepada kita akan pentingnya keadilan.
Jika dikaitkan dengan penggunaan kecerdasan buatan, maka pentingnya keadilan dan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, penerapan kecerdasan buatan harus dilakukan dengan penuh pertimbangan agar tidak merugikan pihak-pihak tertentu, khususnya dalam hal keadilan distribusi kesempatan kerja.
Ketiga : Etika dalam Penggunaan Kecerdasan Buatan
Etika dalam penggunaan kecerdasan buatan juga menjadi perhatian utama. Al-Qur’an mengajarkan pentingnya niat dan tujuan yang baik dalam setiap perbuatan. Dalam Surah Al-Isra ayat 36, Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”[6] Menurut ibnu katsir Seseorang hamba akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dilakukan oleh anggota-anggota tubuhnya itu pada hari kiamat, dan semua anggota tubuhnya akan ditanyai tentang apa yang dilakukan oleh pemiliknya.[7]
Ayat ini juga menekankan bahwa setiap tindakan harus didasarkan pada pengetahuan dan pertimbangan yang matang, termasuk dalam penggunaan teknologi seperti AI. Penggunaan AI harus didasarkan pada tujuan yang jelas dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang merugikan orang lain atau melanggar etika dan moralitas.
Hadirin yang dirahmati Allah
Keempat : Kecerdasan Buatan dan Kehidupan Spiritual
Selain tantangan etika, AI juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap kehidupan spiritual. Dengan semakin canggihnya teknologi, ada kekhawatiran bahwa manusia mungkin menjadi terlalu bergantung pada mesin dan mengabaikan aspek-aspek spiritual dalam kehidupan mereka.
Dalam Surah Al-Hashr ayat 19, Allah SWT memperingatkan:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hashr: 19)
Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kehidupan spiritual. Manusia harus tetap mengingat Allah dan menjadikan-Nya sebagai pusat kehidupan, meskipun teknologi semakin berkembang.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Kecerdasan buatan menawarkan peluang besar bagi kemajuan umat manusia, namun juga membawa tantangan yang tidak boleh diabaikan. Sebagai umat Islam, kita harus bijaksana dalam memanfaatkan teknologi ini, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariat yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an dan Hadis.
Kita harus memastikan bahwa penerapan AI tidak merusak keadilan sosial, melanggar etika, atau mengganggu kehidupan spiritual kita. Dengan demikian, kita dapat mengambil manfaat dari kecerdasan buatan untuk kebaikan umat manusia, sambil tetap menjaga nilai-nilai Islam yang kita anut.
Dalam sejarah peradaban manusia, teknologi dalam bentuk apapun tidaklah bebas nilai, ada tendensi yang harus dijalani, begitu juga dengan kemajuan teknologi AI yang sama sekali tidak bebas nilai. Artinya, yang ditakutkan dari sejarah dan masa depan manusia bukanlah kemajuan AI yang mengambil peran manusia, hal yang harus dikhawatirkan adalah sekelompok manusia yang memanipulasi manusia yang lainnya untuk kekuasaan ekonomi dan politik melalui teknologi, termasuk AI. Begitupula dalam tafsir ayat-ayatfilosofis Alquran bahwa kesadaran adalah hal paling mendasar dalam kehidupan manusia, tanpa kesadaran manusia tidak diperhitungkan sebagai entitas yang sadar. AI bukanlah entitas yang sadar melainkan hanya simulasi yang terbatas dan tidak dapat memiliki posisi ontologis yang sama dengan manusia.[8]
Marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah yang kita ambil, agar kita dapat memanfaatkan teknologi ini dengan bijaksana dan tetap berada di jalan yang diridhai-Nya.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
[1] https://arrahim.id/fachr/artificial-intelligence-ai-bagaimana-perspektif-islam/ diakses pada tanggal 30 agustus 2024
[2] (QS. Al-Mujadila: 11)
[3] “Tafsir as-Sa’di = Taisir al-Karim ar-Rahman” (Hal. 846)
[4] (QS. Al-Baqarah: 29)
[5] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Ciputat, Lentera Hati: 2002], jilid II, halaman 481).
[6] (QS. Al-Isra: 36)
[7] Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Penerbit Salamah” (5/75)
[8] Zulfikar Riza Hariz Pohan et.al., Sejarah Peradaban Dan Masa Depan Kesadaran Manusia Pada Posisi Ontologis Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Dalam Perspektif Alquran (Kajian Tafsir Ayat-Ayat Filosofis), BASHA’IR Jurnal Studi Alquran dan Tafsir, Published Juni 2023, P-ISSN: 2708-1018| E-ISSN: 2708-100X, hal. 37.