Perbedaan Antara Muslim dan Mukmin
4 mins read

Perbedaan Antara Muslim dan Mukmin

Oleh Dr. Fahmi Islam, M.A.

Allah SWT telah membedakan antara seorang Muslim dan seorang Mukmin dalam Kitab-Nya. Allah berfirman: “Kaum Badui berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah: ‘Kamu belum beriman, melainkan katakanlah: ‘Kami telah berserah diri,’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.” (Surah Al-Hujurat: 14)

Ayat ini diturunkan kepada sekelompok orang yang mengklaim telah mencapai derajat iman, tetapi iman belum benar-benar merasuk dalam hati mereka. Maka Allah menerima Islam dari mereka tanpa iman. Iman lebih khusus dan lebih tinggi derajatnya daripada Islam.

Allah SWT menjelaskan lebih lanjut dalam ayat yang menyusulnya, Allah berfirman: “Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Surah Al-Hujurat: 15)

Seolah-olah Allah berfirman: Jika kalian ingin mencapai derajat iman, maka kalian harus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan sungguh-sungguh, tanpa keraguan, kemudian buktikan kebenaran iman kalian dengan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian, karena melalui itu akan terbukti kebenaran iman kalian.

Iman adalah sebuah klaim yang membutuhkan pengujian kebenaran. Allah berfirman: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji?” (Surah Al-Ankabut: 2)

Iman yang diajarkan oleh Al-Qur’an bukanlah sekadar kata-kata tanpa kebenaran dari perbuatan dan sikap.

Iman adalah keyakinan yang kuat yang diikuti oleh perbuatan melawan kekufuran dan tindakan yang membuktikan kebenaran perkataan. Orang Mukmin yang sejati adalah orang yang gemetar ketika mengingat kebesaran Allah, dan imannya bertambah dengan ayat-ayat Allah, dan hidupnya terbentuk oleh shalat dan sedekah. Allah berfirman: “Hanya orang-orang yang ketika disebut nama Allah gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar Mukmin.” (Surah Al-Anfal: 2-4)

Nabi yang mulia – semoga shalawat dan salam tercurahkan kepadanya – tidak ingin seorang Mukmin menjadi manusia biasa seperti orang lain, tetapi dia ingin Mukmin menjadi seseorang yang istimewa, istimewa dalam akhlak dan perilakunya, istimewa dalam perkataannya dan keheningannya. Karena itu beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Muttafaqun ‘alaih) Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.”

Nabi saw. juga mendorong agar seorang Mukmin memiliki sifat kebaikan, kemurahan hati, dan pemberian sehingga dia mencintai kebaikan untuk orang lain sebagaimana dia mencintainya untuk dirinya sendiri. Beliau bersabda: “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari) Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan hendaklah ia bersikap baik kepada manusia.”

Itulah sifat-sifat yang membuat seseorang pantas disebut sebagai seorang Mukmin, dan dengan itu dia akan mendapatkan keistimewaan seorang Mukmin dalam kasih sayang, pertolongan, dan kemenangan Allah atas musuh-musuhnya. Bagi mereka yang puas hanya dengan beberapa tanda Islam dan tidak berusaha untuk mencapai derajat iman sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, maka mereka hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri. Allah telah menyampaikan kepada Rasul-Nya apa yang diminta, maka siapa pun yang tidak memenuhinya telah mendzalimi dirinya sendiri dengan keengganan dan kelalaian, dan Allah adalah sebaik-baik Penolong.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang sempurna, keyakinan yang jujur, hati yang khusyuk, lidah yang selalu berzikir, ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima, dan rezeki yang halal dan baik. Ya Allah, kami memohon petunjuk, taqwa, kesucian, dan kekayaan. Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa api neraka.

*Istanbul, 13 Ramadan 1445 H / 23 Maret 2024 M*
#SerbaManfaatRamadan1445H

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *